Posterhemat energi bisa berupa energi listrik dan energi air. Buatlah suatu poster yang berisi ajakan menjaga lingkungan. Hal tersebut merupakan pendidikan yang baik karena mereka adalah generasi masa depan yang senantiasa bisa meningkatkan gaya hidup dan perilaku. Isi poster film tentu berbeda dari poster kebanyakan. Posteryang berisi ajakan mencuci tangan sebelum makan adalah poster? lingkungan hidup hidup sehat layanan masyarakat kegiatan sosial Semua jawaban benar Jawaban yang benar adalah: B. hidup sehat. Dilansir dari Ensiklopedia, poster yang berisi ajakan mencuci tangan sebelum makan adalah poster hidup sehat. Pembahasan dan Penjelasan A. lingkungan hidup adalah jawaban yang kurang tepat, karena Bunuhkuman dengan mencuci tangan. Tak ada kebahagian yang melebihi kesehatan. Budayakan mencuci tangan demi menjaga kesehatan. Cuci tanganmu sebelum makan! Jaga kebugaran tubuh dengan minum 8 gelas air setiap hari. Lawan kanker dengan pola hidup sehat sejak dini! Kunci keberhasilan hidup sehat berawal dari niat yang kuat. Vay Tiền Nhanh. Bloggersiana – Sudah saatnya saya akan bahas mengenai postingan Poster Yang Berisi Ajakan Mencuci Tangan Sebelum Makan Adalah Poster yang merupakan bagian dari Poster, ayo kita mulai Yang Berisi Ajakan Mencuci Tangan Sebelum Makan Adalah Poster – Lekukan sidik jari adalah contoh bagaimana partikel bisa tersangkut di antara lipatan kulit di telapak tangan, dan tetap tidak terlihat oleh mata telanjang. Mencuci tangan adalah suatu metode pengobatan dengan cara membersihkan tangan dan jari dengan menggunakan air atau cairan lain untuk tujuan kebersihan, sebagai bagian dari ritual keagamaan atau tujuan lain. Contents1 Poster Yang Berisi Ajakan Mencuci Tangan Sebelum Makan Adalah Cegah Corona, Diskominfo Klaten Medsoskan Kampanye 3s2 Adaptasi Kebiasaan Baru Di Masa Pandemi Covid Poster Cara Cuci Tangan Pakai Sabun Yang Benar3 Cuci Tangan Pakai Sabun Turunkan Kasus Penyakit Diare Dan Ispa4 Poster Edukasi Virus Corona Yang Mudah Narasi Pembela Ham Berbasis Oleh Karena Itu Penanaman Karakter Pada5 Isi Piringku Slogan Pelengkap 4 Sehat 5 Share this Related posts Mencuci tangan dikenal pada akhir abad ke-19 untuk tujuan sehat ketika perilaku dan layanan sanitasi menjadi penyebab penurunan yang signifikan dalam angka kematian akibat penyakit menular yang ditemukan di negara-negara kaya maju. Perilaku ini disajikan bersama dengan isolasi dan praktik teknik pembuangan limbah yang aman dan pasokan air bersih yang memadai. Cegah Corona, Diskominfo Klaten Medsoskan Kampanye 3s Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO merekomendasikan untuk mencuci tangan selama 20 detik sebelum dan sesudah melakukan aktivitas berikut Mencuci tangan pakai sabun merupakan salah satu upaya menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dan jari dengan sabun dan air mengalir untuk membersihkan dan membunuh kuman penyakit. Mencuci tangan dengan sabun juga dikenal sebagai upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen pembawa kuman dan dapat memindahkan kuman dari satu orang ke orang lain, baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung menggunakan permukaan lain seperti handuk, kacamata. Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan hewan, atau cairan tubuh lainnya seperti lendir, dan makanan/minuman yang terkontaminasi bila tidak dicuci dengan sabun tanpa disadari dapat menularkan bakteri, virus, dan parasit kepada orang lain. Adaptasi Kebiasaan Baru Di Masa Pandemi Covid 19 PBB mendeklarasikan 15 Oktober sebagai Hari Cuci Tangan Sedunia. Ada 20 negara di dunia yang akan berpartisipasi aktif, termasuk Indonesia. Mencuci tangan sendiri merupakan salah satu tindakan preventif yang menjadi perilaku hidup sehat dan baru dikenal pada akhir abad 19. Perilaku kesehatan dan pelayanan sanitasi merupakan penyebab penurunan angka kematian yang signifikan akibat penyakit menular yang terdapat pada masyarakat kaya negara maju. Pada akhir abad ke-19, hal ini dilakukan bersamaan dengan pemisahan dan penggunaan teknik pembuangan limbah yang aman dan penyediaan air bersih dalam jumlah yang cukup. Mencuci tangan dengan air saja lebih umum, tetapi terbukti kurang efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan sabun untuk mencuci tangan Sebenarnya orang harus mengalokasikan lebih banyak waktu untuk mencuci tangan, tetapi menggunakan sabun sangat efektif karena minyak dan kotoran yang menempel akan keluar ketika tangan digosok dan digosok untuk menghilangkannya. Di dalam lemak dan debu yang menempel di sini adalah kuman-kuman hup. Efek lainnya adalah tangan menjadi harum setelah dicuci dengan sabun dan dalam beberapa kasus tangan menjadi harum yang membuat cuci tangan dengan sabun menjadi menarik. Poster Cara Cuci Tangan Pakai Sabun Yang Benar Di tempat-tempat di mana mencuci tangan adalah praktik sehari-hari yang umum, dan ada banyak sabun dan air bersih, orang tidak tahu cara mencuci tangan dengan sabun. Sebuah penelitian di Inggris mengungkapkan bahwa hanya setengah dari orang yang mencuci tangan setelah buang air besar. Studi lain di Amerika Serikat terhadap dokter di sana mengungkapkan bahwa banyak dokter lupa mencuci tangan setelah merawat satu pasien dan beralih ke pasien lain dengan frekuensi yang cukup tinggi. Petugas kesehatan sangat memahami betapa pentingnya cuci tangan pakai sabun, namun hal ini tidak dilakukan karena tidak ada waktu tidak ada waktu, kertas untuk pengering kasar, menggunakan sikat terlalu memakan waktu. Pencucian tangan khusus di lingkungan medis biasanya membutuhkan banyak sabun dan air untuk mendapatkan busa dan ketika telapak tangan digosok secara sistematis dalam waktu 15-20 detik dengan teknik penguncian antar tangan, meskipun tangan dalam keadaan kering, petugas medis tidak diizinkan. . Matikan air atau buka gagang pintu. Jika itu yang harus mereka lakukan, tangan harus ditutup dengan kain atau handuk kering yang bersih. Di daerah padat penduduk dan kurang terlayani, kebiasaan cuci tangan pakai sabun yang benar bisa memangkas angka kasus diare hingga setengahnya. Penelitian ini dilakukan di Karachi, Pakistan dengan intervensi pencegahan penyakit dengan melakukan kampanye cuci tangan pakai sabun secara intensif langsung di masyarakat. Masyarakat yang mendapat intervensi dan masyarakat pembanding yang sama yang tidak mendapatkan intervensi menunjukkan jumlah kasus diare berkurang setengahnya. Cuci Tangan Pakai Sabun Turunkan Kasus Penyakit Diare Dan Ispa Hubungan antara perilaku cuci tangan dengan sabun dan diare, intervensi, kasus-kontrol dan penelitian cross-sectional yang dilakukan dengan data elektronik dan data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa risiko yang terkait dengan tidak mencuci tangan dari percobaan intervensi adalah 95 persen menderita diare dan mencuci. Mencuci tangan pakai sabun dapat menurunkan risiko diare hingga 47 persen. Jenis sabun apa saja yang dapat digunakan untuk mencuci tangan, baik itu sabun mandi, sabun cuci tangan, atau sabun cair. Namun, sabun antiseptik/antibakteri sering diiklankan secara gencar kepada masyarakat. Sampai saat ini, tidak ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa sabun desinfektan atau disinfektan tertentu dapat membuat individu peka terhadap organisme umum yang ditemukan di alam. Perbedaan antara sabun antiseptik dan sabun biasa adalah sabun ini mengandung bahan antibakteri umum seperti Triclosan yang memiliki daftar panjang resistensi terhadap organisme tertentu. Namun, zat ini tidak tahan terhadap organisme yang tidak ditentukan, sehingga mungkin tidak seefektif yang diiklankan. Poster Edukasi Virus Corona Yang Mudah Dipahami Mencuci tangan pakai sabun merupakan salah satu cara paling efektif untuk mencegah diare dan ISPA, yang keduanya merupakan penyebab utama kematian pada anak. Setiap tahun, 3,5 juta anak di seluruh dunia meninggal sebelum usia 5 tahun karena diare dan ISPA. Mencuci tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam British Medical Journal pada November 2007 menyatakan bahwa mencuci tangan dengan sabun secara teratur dan penggunaan masker, sarung tangan, dan pelindung, dapat membantu mencegah penyebaran virus ISPA seperti influenza dan SARS. Hasilnya dipublikasikan setelah Inggris mengumumkan akan menggandakan jumlah obat anti-virus dalam Mempersiapkan kemungkinan epidemi flu di masa depan. Berdasarkan 51 penelitian, para peneliti menemukan bahwa metode pencegahan fisik berbiaya rendah harus diprioritaskan dalam rencana nasional untuk menangani epidemi flu, ketika ada banyak bukti bahwa vaksin dan obat antivirus tidak efektif dalam menghentikan penyebaran flu. 51 studi ini membandingkan intervensi untuk mencegah penyebaran virus ISPA dari hewan ke manusia atau manusia ke manusia dengan isolasi, karantina, social distancing, proteksi diri dan perlindungan melalui perilaku sehat, dengan intervensi lain tidak melakukan apa-apa. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa cuci tangan pakai sabun, masker wajah, sarung tangan dan alat pelindung diri efektif dalam mencegah penyebaran virus ISPA dan lebih efektif bila digabungkan. Peneliti juga akan melakukan evaluasi lanjutan terhadap kombinasi terbaik yang akan digunakan. Studi lain yang diterbitkan dalam jurnal Cochrane Library pada Oktober 2007 menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun dan air adalah cara yang mudah dan efektif untuk menahan virus ISPA, mulai dari flu biasa hingga virus mematikan. Narasi Pembela Ham Berbasis Korban Studi lain tentang kebijakan kesehatan yang dilakukan oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa perilaku sehat seperti cuci tangan pakai sabun dipromosikan sebagai perilaku pencegahan penyakit yang lebih rendah daripada promosi penggunaan suntikan flu oleh petugas kesehatan. Hal ini akan semakin parah jika lokasi penduduk terpencil dan sulit dijangkau melalui media cetak dan elektronik seperti radio dan televisi. Orang yang berbeda di dunia mencuci tangan dengan sabun dengan alasan yang berbeda, meskipun secara umum perilaku cuci tangan dengan sabun dikenal luas untuk membersihkan tangan dari kuman, namun perilaku ini tidak otomatis dilakukan untuk tujuan tersebut. Cuci tangan tanpa menggunakan sabun sunting sumber] cuci tangan dengan air [sunting edit sumber] Oleh Karena Itu Penanaman Karakter Pada Ritual cuci tangan di dunia dipraktikkan sebagai bagian dari praktik budaya dan agama. Dalam agama Hindu ada upacara cuci tangan Baha’i, dalam agama Yahudi disebut tevilah dan netilat yadayim. Praktik serupa adalah ritual mencuci untuk agama Kristen, pemurnian untuk Islam, dan Misogi di kuil Shinto. Di beberapa rumah makan di Indonesia seperti Rumah Makan Padang, Rumah Makan Sunda, atau Rumah Makan lainnya yang biasa makan dengan tangan tanpa makan dengan sendok dan garpu, terkadang penjual memberikan wadah berupa mangkuk kecil. Air sering disebut koboka untuk mencuci tangan dengan 1 jeruk nipis untuk menghilangkan bau tak sedap setelah makan. Mencuci tangan yang dianjurkan umumnya harus dilakukan di bawah air mengalir karena air yang tenang dan menggunakan cuci tangan yang kotor dapat menjadi pembunuh kuman karena akumulasi kotoran yang dapat membawa kuman di satu tempat dan menempel lagi. . Tangan dikeluarkan dari tangan. Tangan tenggelam. Meskipun ada beberapa pendapat bahwa mencuci tangan dengan air panas lebih efektif untuk membersihkan tangan, namun pendapat tersebut tidak didukung oleh bukti ilmiah. Temperatur yang bisa di tahan. Panas air tidak efektif membunuh kuman. Beberapa pendapat lain mengklaim bahwa air panas dapat membersihkan kotoran, minyak atau bahan kimia, tetapi pendapat populer ini tidak terbukti, air panas tidak membunuh kuman. Suhu yang nyaman untuk mencuci tangan adalah sekitar 45 derajat Celcius, dan suhu ini tidak cukup panas untuk membunuh beberapa mikroorganisme. Namun, suhu yang sangat panas umumnya sekitar 100 derajat Celcius dapat membunuh patogen. Ketidakefektifan suhu air untuk membunuh kuman juga ditunjukkan dalam prosedur standar cuci tangan untuk operasi medis di mana air keran dibiarkan mengalir hingga 2 galon per menit dan kecepatan air yang membersihkan kuman, sementara tinggi. . Dan suhu rendah tidak penting. Isi Piringku Slogan Pelengkap 4 Sehat 5 Sempurna Akhirnya Ajakan mencuci tangan, poster 6 langkah mencuci tangan, contoh poster mencuci tangan, yang merupakan tujuan mencuci tangan sebelum makan adalah, mengapa kita harus mencuci tangan sebelum makan, doa mencuci tangan sebelum wudhu, mencuci tangan sebelum makan, poster langkah mencuci tangan, gambar poster mencuci tangan, poster ajakan mencuci tangan, poster cara mencuci tangan yang benar, ajakan untuk mencuci tangan Dicukupkan info yang menjelaskan tentang Poster Yang Berisi Ajakan Mencuci Tangan Sebelum Makan Adalah Poster, mudah-mudahan bisa menjawab kebutuhan pengetahuan untuk rekan. Bahasa IndonesiaPoster yang berisi ajakan mencuci tangan sebelum makan adalah poster?lingkungan hiduphidup sehatlayanan masyarakatkegiatan sosialSemua jawaban benarJawaban yang benar adalah B. hidup dari Ensiklopedia, poster yang berisi ajakan mencuci tangan sebelum makan adalah poster hidup dan PenjelasanMenurut saya jawaban A. lingkungan hidup adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama saya jawaban B. hidup sehat adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di saya jawaban C. layanan masyarakat adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan saya jawaban D. kegiatan sosial adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang saya jawaban E. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah B. hidup sehat. Angka kejadian diare di Desa Sejahtera mengalami trend peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu upaya pencegahan penyakit diare adalah mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir setelah buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, dan sebelum makan. Penelitian bertujuan mengetahui efektivitas mini poster berbahasa daerah terhadap kepatuhan ibu mencuci tangan di Desa Sejahtera. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu quasy experiment non-equivalent control group. Sampel penelitian sebanyak 30 orang yang diambil dengan teknik quota sampling. Uji statistik yang digunakan T-Test dan Kruskall-Wallis Test dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan signifikan kepatuhan ibu mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir pada kelompok eksperimen pemasangan mini poster berbahasa daerah dan sabun, pemasangan mini poster berbahasa daerah saja, dan kelompok kontrol pada waktu setelah buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, dan sebelum makan antara sebelum dan setelah intervensi p value artinya hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kepatuhan ibu mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir setelah buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, dan sebelum makan. Penyuluhan kesehatan dengan media poster dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap Listiyowati, 2012; Warsiti, 2015; Yanti, 2015. Menurut Mubarak 2012 untuk menumbuhkan perilaku sehat seseorang secara bertahap sedapat mungkin menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat, seperti sabun, dan jamban untuk berperilaku buang air besar pada tempatnya dan mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir setelah buang air besar dan jika diperlukan bantuan dari luar, maka bentuknya hanya berupa perangsang atau pelengkap seperti mini poster berbahasa daerah tentang cuci tangan pakai sabun dan air mengalir. Andiani1 et al. Vol. 2, No. 1, April 2020 14 Ibu adalah penyedia makanan dalam keluarga yang memegang peranan penting, terkait dengan kejadian diare bila tida mencuci tangan yang adekuat Ratnasari dan Patmawati, 2019. Temuan penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja akan mampu meningkatkan pengetahuan dan perilaku hidup sehat seperti mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir sebelum menyiapkan makanan ketika mereka sadar, termotivasi dan didukung dengan adanya informasi seperti mini poster berbahasa daerah tentang mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan serta sarana dan prasarana kesehatan seperti tersedianya air bersih. Sejalan dengan penelitian sebelumnya, media penyuluhan poster efektif dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan Siregar, 2014; Andriany, 2016. Temuan dalam peneitian ini menemukan bahwa sebagian besar ibu mengetahui pentingnya mencuci tangan dari poster yang ditempelkan di rumah. Poster adalah “Capturing a moving audience with your message” yang menangkap audiens yang tengah bergerak dengan pesan yang anda sampaikan Supriyono, 2010. Poster mampu menyampaikan informasi atau pesan pada audiens Marlina et al, 2009, seperti ibu yang sedang menyiapkan makanan untuk mengingatkan agar mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir sebelum menyiapkan makanan, hanya dalam bilangan detik. Sejalan dengan penelitian Hermina dan Prihartini 2015 melaporkan bahwa poster yang dibuat cukup sederhana, mudah dipahami dan bersifat universal efektif untuk meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan seseorang akan berpengaruh terhadap terwujudnya sikap dan perilaku terkait, termasuk cuci tangan Khoiruddin et al, 2015. Perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsangan stimulus yang berkomunikasi dengan organisme subjek pada akhirnya dengan dukungan fasilitas seperti tersedianya sabun dan air bersih dan dorongan dari lingkungan stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut perubahan perilaku yaitu mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir sebelum makan Notoatdmodjo, 2007. Tabel 2. Analisis perbandingan antara kelompok Sebelum Menyiapkan Makanan Eksperimen A Eksperimen B Sumber Data Primer, 2017 Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa berdasarkan uji Kruskal-Wallis diperoleh p = 0,512, p = 1 dan p = 0,942 > 0,05 artinya Ho diterima Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kepatuhan ibu mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir setelah buang air besar, sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan antara kelompok eksperimen A dan B. Uji Kruskal-Wallis diperoleh p = 0,0001 80%, than those in Cambodia and Kenya 40%; intervention sites reporting significantly higher levels, except for Zambia. Hand washing index; hand washing before food preparation, after defecation, attending to a child after defecation, and before feeding children was significantly higher for intervention sites in Cambodia, Guatemala and Kenya Cambodia, vs p 24 m, and female children. The findings suggest that caretaker handwashing with soap or ash has a protective effect on prevalence of diarrhea in Zhu Xiaoqi FengHui LiGuozhang XuBackground Drowning among children of migrant workers is a major, though neglected public health issue in China. Methods A randomised controlled trial was used to examine the potential impact of viewing a preventive health poster with/without geo-located drowning events on perceptions of drowning risk among Chinese migrant children. A total of 752 children from three schools in Jiangbei district were selected by multi-stage sampling and randomly assigned to the intervention n = 380 or control n = 372. Multilevel models were used to analyse changes in responses to the following questions after viewing the assigned poster for 10 min 1 “Do you believe that drowning is a serious health problem in Ningbo city?”; 2 “Do you believe that there are lots of drowning-risk waters around you?”; 3 “Do you believe that the likelihood of your accessing a drowning-risk water is great?”; and 4 “Would you intend to avoid accessing to those drowning-risk waters when being exposed?” Results At baseline there were no significant differences between the intervention and control groups in perceptions of drowning risk or covariates. Following the intervention, participants that viewed the geo-specific poster were more likely to respond more favourably to the first three questions p 70 % of targeted education increased their nutrition knowledge better than before, and generally the posyandu cadres were able to convey the message properly as well as the marriage-guidance counsellors in the Office of Religious Affairs. This study concluded that nutrition education posters which were made fairly simple, easy to understand, universal and also effective were able to improve the nutritional knowledge of mothers of posyandu users and future brides. Keywords Nutrition Education, poster, aware family nutrition, posyandu users, future brides. Abstrak Hasil Studi Keluarga Sadar Gizi Kadarzi di enam provinsi menunjukkan bahwa pengetahuan dan perilaku gizi kelompok usia dewasa masih rendah. Penelitian ini memfokuskan pada pengembangan strategi edukasi gizi yang disesuaikan dengan permasalahan yang ditemukan di masyarakat. Tujuannya mengembangkan media poster dan strategi edukasi gizi untuk ibu-ibu pengguna posyandu dan calon pengantin dalam upaya pencapaian Keluarga Sadar Gizi. Jenis penelitian adalah penelitian operasional dengan desain penelitian potong lintang Cross-sectional menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Penelitian dilakukan di tiga provinsi Jawa Barat, Sumatera Barat dan Kalimantan Timur. Sampel penyampai pesan adalah kader posyandu dan penyuluh perkawinan. Sampel sasaran edukasi gizi adalah ibu-bu pengguna posyandu dan calon pengantin catin. Pesan edukasi yang dikembangkan yaitu anjuran makan sayur dan buah, penimbangan berat badan anak balita, anemia ibu hamil, ASI eksklusif dan gizi buruk. Hasil uji implementasi edukasi gizi dengan menggunakan media poster Kadarzi yang dibuat, menunjukkan bahwa >70 % sasaran edukasi pengetahuan gizinya meningkat menjadi lebih baik dari sebelumnya, dan kader posyandu mampu menyampaikan pesan dengan baik begitu juga petugas penyuluh perkawinan di Kantor Urusan Agama KUA. Dari studi ini disimpulkan bahwa poster edukasi gizi yang dibuat cukup sederhana, mudah dipahami dan bersifat universal serta cukup efektif untuk meningkatkan pengetahuan gizi ibu-ibu pengguna posyandu dan calon pengantin. Kata kunci Edukasi gizi, Poster, Keluarga sadar gizi, Pengguna posyandu, Calon-pengantinBackground Hand-washing with soap and water HWWS can prevent a significant proportion of childhood diarrhoea and respiratory infections, the two main global causes of child mortality. However, good hand-washing practices are rare, especially in low-income countries, and findings suggest that hand-washing at critical times such as after defaecation or cleaning an infant's perineum are not common practice. The study explored hand-washing practices among mothers of children under-5 in Port Harcourt. Method This was a cross-sectional study of self-reported hand-washing practices among mothers of children under-5 presenting to the paediatric clinics of the University of Port Harcourt Teaching Hospital. Using a simple structured questionnaire, the data collected included biodata, perceptions, and self-reported behaviour concerning hand-washing at critical times. Results 154 mothers participated in the study. Sixty-four mothers usually washed their hands with soapy water in a container, 30 used soap and running water, and 60 used only water, either running or in a container. After cleaning an infant's perineal area, 60 and 39 used soap and running water and soapy water in a container, respectively, to wash their hands while 48 used plain water. Before feeding infants, 47 washed their hands with soap and running water. HWWS at critical times was significantly associated with mothers' level of education P < and occurred more commonly in relation to faeces than to food. Conclusion Hand-washing practices by mothers in Port Harcourt are poor. Extensive education of the public is required to reduce the risks of childhood infections associated with lack of hand-washing.

poster yang berisi ajakan mencuci tangan sebelum makan adalah poster